Senin, 26 September 2016

setengah terisi ????




Jika setengah gelas air dimasukan ke dalam sebuah gelas, apakah gelas tersebut setengah isi atau setengah kosong? Mungkin Anda pernah mendengar cerita tentang dua orang anak yang optimis dan pesimis mengenai sikapnya terhadap gelas berisi air setengahnya, apakah setengah isi atau setengah kosong. Tetapi yang akan dibahas disini lain lagi, karena jawaban setengah isi maupun setengah kosong keduanya bisa salah bisa juga benar.
Jika Anda menjawab bahwa gelas tersebut penuh, itu juga juga bisa menjadi jawaban yang benar. Dan justru inilah jawaban yang paling benar. Mengapa? Karena gelas tersebut memang penuh: setengah diisi oleh air dan setengah lagi diisi oleh udara, jadi totalnya gelas tersebut penuh. Yang menjawab setengah isi juga bisa benar jika sudut pandang terhadap isi gelas tersebut tertuju pada air saja. Udara dilupakan untuk sementara.
Setengah kosong juga benar, secara harfiah. Tetapi jawaban seperti menunjukan bahwa kita selalu fokus terhadap yang tidak ada bukan fokus terhadap yang ada yang akan membuat kita memiliki rasa bersyukur. Sementara rasa syukur akan meningkatkan motivasi diri kita. Tetapi untuk kontex lain jawaban ini ada baiknya, misalnya saat kita sedang membuat rencana mencapai sesuatu, kita harus melihat kekosongan sehingga bisa menentukan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk mengisinya.
Ternyata, dari gelas yang terisi air setengahnya bisa memberikan banyak sudut pandang. Hal ini memberikan hikmah kepada kita bahwa dalam melihat sesuatu harus dari berbagai aspek, kita tidak bisa melihat dari satu sisi saja dan kemudian menghasilkan kesimpulan yang seolah tidak bisa diganggu gugat lagi. Jika kebetulan kita melihat pada satu aspek yang positif, alhamdulillah, tetapi jika kita kebetulan melihat pada aspek yang negatif, maka kehidupan kita akan terjebak selamanya pada kepercayaan negatif.
Jika saat ini Anda merasa tidak mampu melakukan sesuatu, mungkin saja karena Anda baru melihat dari satu sisi saja. Mungkin jika Anda melihat dari berbagai aspek, Anda akan sadar bahwa Anda mampu melakukannya. Jika saat ini Anda merasa sesuatu itu tidak penting, mungkin karena Anda baru melihat hal tersebut dari satu sisi saja, tetapi mungkin saja jika kita melihat dari berbagai aspek, kita akan menemukan berbagai hal positif dari hal tersebut.
Berpikir lebih luas dengan cara melihat sesuatu dari berbagai aspek sudut pandang akan membuat kita lebih cerdas, lebih jeli, lebih terbuka terhadap peluang, dan memiliki motivasi diri yang lebih baik. Manfaatkanlah pikiran kita, jangan hanya sia-siakan nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Ini adalah salah satu cara bersyukur kita, yaitu mengoptimalkan pikiran kita.

Allahuma yassir wa laa tu'assir



Ketika jantung berdegup tak menentu. Ketika kekhawatiran menghantui hari-hari. Ketika hidup terasa jauh lebih sulit. Ketika tujuan dan cita terasa semakin jauh. Ketika senyum tak dapat lagi tersungging. Ketika tawa menjadi membeku bisu. Ketika canda terasa hambar tak membantu. Ketika lelah terasa di luar nalar. Ketika ketakutan begitu merajarela. Ketika ketidakpastian tiba-tiba menjadi kawan. Ketika kegagalan terlihat di ujung mata. Ketika daya tak lagi berupaya. Ketika diri tak sanggup lagi berlari, dan ketika sekeliling terlihat menjauh pergi. Tapi, yakinlah Allah tetap disisi. Mendengar setiap jeritan hati, melihat setiap tetes keringat yang menetes, dan mempertimbangkan setiap usaha. 



Maka. Berdoa sebisa-bisa yang kamu bisa. Menjerit, sekeras yang kamu punya melalui lantunan doa. Berusaha, 1000 kali lipat lebih dari apa yang kamu usahakan sekarang. Bertawakal, pasrahkan kepada Dia yang mengatur kehidupan semesta. "Allahuma yassir wa laa tu'assir. Ya Allah, mudahkanlah jangan dipersulit." (DIR)

Jumat, 16 September 2016

another love song BAG;1,2,dan3




1
aku menunggumu di kota tua mimpi
sekedar mencari penghiburan yang asing
tentang serasau cerita yang kuanggap selalu ada
tanpa jeda dan muncul begitu saja, di hadapanku;
kau yang membawa bibir rekah
tempat seluruh resah yang ingin kau tumpahkan
sekuruhnya kusesap menjelma anak danau kerinduan


2
kulalui kelokan jalan bebatuan
tempat dimana darahku yang tercecer tertawa
dan menungguiku kembali lagi menatapnya
sekilas kukatakan kepadanya, kepada bebatuan itu bahwa
aku ingin kembali menjemput kekasih
yang pergi dan tak kuketahui keberadaannya
sedang di langit sebelah mana ia
menyimpan dirinya yang dulu mencurahkan tawa
serta tangisnya begitu rupa
yang airmatanya kutadah
dengan kedua telapak tanganku yang luka;
kulit terkelupas dari dagingnya
untuk membalut hatinya yang menggigil.

3
cahaya bulan membenamkan kembali
ingatanku tentangmu di rongga dadaku yang perih
beberapa puisi kembali seperti buih
menggenang di aliran darahku yang saga
kemudian memucat menyesapi racun
tentang kebiadaban cinta yang tak pernah dipahami
para perempuan setelahmu
jangan kau kira ada yang sebaikmu
dalam perihal mencintai
tidak pula dengan hujan bulan juni
yang melegenda itu
airmata akan menunjukkan jalanku
kembali menyusuri gelap jalan pikiranku
setelah kepergianmu
untuk menemukanmu kembali
terpekur menunggu minyak
yang akan memijarkanmu
menjadi bintang dan kilatan petir
menyatu dan menjadi purbawi
atau asali yang manis
diatas lautan tenang yang memantulkan
binar-binar bintang di langit utara dan
akan kukembalikan kau kesana
selayak Sirius seterang-terangnya. 

Minggu, 04 September 2016

Sudah lelah, tapi tak ingin mati sia sia




Ada masanya seseorang berfikir bahwa meninggalkan dunia adalah hal terbaik saat semua lelah serasa memuncak di bahu, bertumpu pada satu titik yg lemah, seperti aku.
Aku tidak marah, tetapi aku lelah. Lelah selalu tertawa, lelah tersenyum, lelah untuk marah dan memaafkan, lelah untuk bersabar tp tak berarti.
Aku lelah memiliki hati yg berperasaan kuat, karena saat aku mencintai dengan sulit aku melepaskannya hingga harus ku tahan walau itu tidak mengenakan. Dan setelah kisah perjalanan hidup terkumpul menjadi satu dalam sebuah buku catatan kenangan maka saat itu terulang kembali kelelahan yg pernah dirasakan.
Aku lelah.
Aku benar lelah.
Mungkin lebih tepatnya aku bosan.
Bosan dengan keadaan yg datar ini. Padahal semuanya tidak hanya satu kisah. Tetapi ini puncak dari kebosananku. Aku bosan pada diriku sendiri.
TAPI AKU TAK INGIN MATI SIASIA. Tak ingin pergi dlm hujan kesedihan dr bnyak pasang mata yg melihatku dg cinta.
Aku tak ingin membuat penyesalan mengapa kalian harus mengenalku. Karna kali ini aku hanya lelah dan bosan.
Banyak kisah yang ku tulis dalam lingkaran waktu yang kita punya. Aku dan kalian memiliki waktu yang sama. 24 jam. Tetapi kisah kita berbeda. Keculi kita selalu melangkah bersama dalam segala hal tanpa terkecuali. Tapi saat semua berbeda arah dan tujuan siapa yg mengetahui bahwa kita memiliki segala hal yg sama. .
.
.
Aku tidak berubah. Hanya saja aku merasa sendiri saat yang lain bisa tertawa smentara aku tidak.
Mungkin aku sendiri, atau biarkan aku sendiri menahan dan menyadarinya dulu, bahwa tak ada yg perlu disesali saat semua akan berakhir.