Minggu, 07 Agustus 2016

sajak puitis adnan dede haris (part3)


101. Aku terkadang, mematikan lampu tidurku. Sesuatu yang bernama rindu, mulai kuhidupkan. Cahayanya terang, mengalahkan sinar lampu.

102. Hujan turun bersama petir-petirnya. #GanyangPLN

103. Lelaki berpikir dengan Logika, sementara wanita dengan Perasaan. Jadi harus menikah agar menjadi Logika yang Berperasaan.

104. Jika hidup adalah pilihan, semoga itu berbentuk pilihan ganda, yang menyediakan opsi jawaban e, semua benar.

105. Jangan konyol karena susah payah berusaha mematikan kenangan. Lebih baik matikan tv, matikan aki, matikan lampu kamarmu, lalu tidurlah.

106. Cinta itu, kupikir yang berlarian di sabarmu, menjelma di senyummu, membisik di khusyuknya doadoamu untukku.

107. KALA KU SOWRAANG DIRIII
.diri diri diri.. (ini echo)
HANYA BERTEMAN SEPI DAN ANGIN MALAAAAAM. ~ jeng jeng jreng..

108. Ya udah. Tidurlah, siapa tau besok bangun.

109. Adalah diam, satu-satunya caraku mencarimu diantara ribuan hari yang telah berlalu. Makanya gak ketemu-ketemu.

110. Yang selalu terbayang itu kamu ? Kenalan yuk.

111. Demikian seperti itulah, selamat malam. Sekarang marilah kita ngapain.

112. Waktu terus berjalan, orang-orang berubah, pergi dan tak lagi kau kenali. Tak ada yang harus disalahkan. Tak akan semua itu bisa terhenti.

113. Di sebuah pertengahan malam, seseorang menceritakan kau sebagai hujan bulan maret orde baru. Ada yang masih saja tinggal setelah jauh beranjakmu.

114. Sementara langit menghujan, kulemparkan senyum pada hangat segelas kopi di lamunan.

115. Seusai pukul delapan belas, burung dan matahari pulang bergegas. Di sini hanya tinggal angin yang resah dan sekumpulan mimpi patah yang bersiap kembali singgah.

116. Diamlah, aku sedang sakit kepala; di dalamnya terlalu banyak senyummu yang menghilang di suatu pagi.

118. Pernahkah anda begitu berharap pada sesuatu dan bertahan melawan semua hal yang ada, sampai akhir anda menyesalinya? Seberapa jauh anda sudi luluh, terjatuh untuk cinta?

119. Hidup pasti berubah, seringnya ke arah yang tidak kita perkirakan. Kalau mau menyerah sekarang tidak masalah, tapi kita tidak tahu sudah sedekat apa kita dengan keberhasilan.

120. Jangan cuma sibuk menjaga perasaan orang lain, perasaan anda sendiri juga butuh dijaga.

121. Tidak perlu ada paksaan. Tak harus ada rasa kekecewaan. Sebab apa yang waktunya jatuh, akan jatuh. Yang akan jadi milikmu, akan jadi milikmu, pada waktunya. Merdekah!

122. Kegantengan jumat kemarin juga masih tersisa banyak banget, skr dah harus jumatan lagi aza. Haduh..

123. Saat kau memilih teman berhati-hatilah. Saat kau meninggalkan seorang teman, lebih berhati-hatilah.

124. Selamat pagi. Sudah tamat kah pelajaran bersedihnya?

125. Heh Kamu kalau perbaharui diary nya sedih terus lama-lama saya bahagiain lho.

126. Sejak dari hidupku kau menghilang pergi, kau hanya melupakanku satu kali. Sedangkan aku telah melupakanmu ribuan kali.

127. Kita duduk di bangku taman, bergandeng tangan, bercerita tentang hidup, bertukar harap yang takkan redup. menghabiskan waktu, sore itu.

128. Siang ini aku tidak akan banyak menulis, tinta sudah habis, namun tenang saja, nama mu sudah ku coret-coretkan di langit-langit doa pagi tadi.

129. Selamat sohore kalian-kalian yang tetap bertahan dengan pasangannya karena takut merasa kesepian. Yuk kita main bola lagi..

130. Kalau saja dulu saya tidak lalai soal waktu dan kesempatan, mungkin dunia sudah saya genggam. Seperti inilah, kehidupan tak pernah memaafkan kelemahan.

131. Selamat senja, masih setia merawat luka?

132. Ada 'Tuhan' dalam 'kebutuhan'.

133. Aku menyukaimu dengan tulus, namun jika hanya dijadikan pelarian olehmu, berarti kau jahat. Tapi jika setelah mengetahuinya aku masih saja menyukaimu, itu berarti aku yang bodoh.

134. Dan kita tak pernah mengerti, hanya bisa sesekali merasakan; sepasang mata basah, yang dari setiap sudutnya mengalir doa sia-sia, merayakan cinta yang kalah.

135. Mending tersesat di hati yang salah atau terdampar di hati yang menyerah?

136. Mending terima apa adanya atau mending perbaiki apa yang ada?

137. Selamat pagi saudara sepertunduhan. Sungguh sabtu pagi yang ngantuk sengantuk ngantuknya ngantuk.

138. Sejak dari hidupku kau menghilang pergi, kau hanya melupakanku satu kali. Sedangkan aku telah melupakanmu ribuan kali.

139. Ada yang enggan berkelana sebab masih senang bermain dengan luka masa silamnya, seperti itulah aku tersesat di keramaian ruang kotamu.

140. Barang kali ini bukan tentang kesetiaan mencintai. Pun bukan kesunyian yang tak hendak pergi. Tapi, memang pilihan jatuh ke kamu, yang terbalik.

141. Salah satu kebahagiaan dalam hidup adalah bahwa kau tidak pernah tahu takdir apa yang sedang menunggumu.

144. Tidak banyak orang yang benar-benar berdoa. Jangan-jangan kita memperlakukan Tuhan hanya sebagai pesuruh.

145. Maukah kau sejenak singgah, di pejam mataku?!

146. Sampaikan salam untuk malam selepas hujan. Mari segera memejam, memeluk segala kelam.

147. Tidak semua orang bisa merasakan hal yang sama. Hanya karena aku menyukainya, itu bukan berarti dia juga menyukaiku

148. Pada akhirnya, jika kata tak lagi bermakna maka diam sajalah. Namun bila diam justru tak memberi arti maka berkata-katalah sepuas hati. Siapa peduli.

149. Tentu saja bukan hanya pergi yang sekedar, kunjungilah beberapa tempat baru yang mungkin dapat membuatmu nanti sewaktu-waktu akan ingat jalan untuk pulang.

150. Sementara Tuhan ada dalam setiap butir air hujan. Sungguh kesunyian ataupun keramaian hanyalah terlahir dalam benakmu sendiri. Berliburlah sesekali.